Bayangkan sejenak, kamu berdiri di tengah taman kota pada pagi hari. Udara segar menyapa wajah, dedaunan bergerak lembut diterpa angin, dan aroma tanah basah terasa menenangkan. Sekilas sederhana, tapi suasana seperti ini adalah “kemewahan” yang makin jarang ditemui di kota besar.
Di tengah gempuran pembangunan dan suhu udara yang makin panas, ruang terbuka hijau (RTH) sebenarnya adalah benteng alami yang melindungi kita — tapi sering kali kita lupa betapa penting perannya.
RTH: Paru-Paru Kota yang Tak Tergantikan
Ruang terbuka hijau bukan hanya sekadar taman yang enak dilihat atau tempat jogging sore. Ia adalah sistem alami yang menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan. Pepohonan di taman atau jalur hijau di tepi jalan membantu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Bahkan, akar tanaman berperan penting dalam menyerap air hujan dan mencegah banjir di kawasan padat penduduk.
Bayangkan kalau seluruh lahan hijau diubah menjadi beton dan aspal — panasnya bisa berlipat ganda. Inilah yang disebut efek “urban heat island,” di mana suhu di kota bisa jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya. Nah, kehadiran pohon dan taman kota adalah solusi alami yang mampu menurunkan suhu dan meningkatkan kenyamanan warga.
Pemerintah daerah pun punya peran besar dalam menjaga keseimbangan ini. Melalui berbagai program lingkungan, seperti yang diulas di situs https://dlh.dprdbinjai.com, masyarakat diajak untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penghijauan dan menjaga kebersihan kota. RTH bukan hanya urusan pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama.
Menjaga Bumi, Menjaga Diri Sendiri
Tahukah kamu kalau berada di ruang hijau ternyata juga punya efek besar bagi kesehatan mental dan fisik kita? Sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) menunjukkan bahwa interaksi dengan alam, termasuk menghabiskan waktu di taman atau jalur hijau kota, dapat menurunkan tingkat stres, kecemasan, dan bahkan meningkatkan kualitas tidur.
Menurut penelitian tersebut, paparan alam hijau memicu pelepasan hormon endorfin dan dopamin — dua zat kimia yang membuat kita merasa bahagia dan tenang. Jadi, bisa dibilang berjalan kaki di taman bukan hanya menyegarkan tubuh, tapi juga menyembuhkan pikiran. Kita sering mengira solusi dari kelelahan mental adalah liburan jauh atau aktivitas mewah, padahal sesederhana duduk di bawah pohon dan mendengarkan suara daun pun bisa membantu.
Bahkan di Indonesia, studi serupa juga menunjukkan bahwa wilayah dengan ruang terbuka hijau yang luas memiliki kualitas udara lebih baik dan angka penyakit pernapasan yang lebih rendah. Artinya, manfaatnya bukan hanya untuk keindahan, tapi benar-benar menyentuh aspek vital kehidupan manusia.
Tantangan Kota Modern: Antara Beton dan Daun

Sayangnya, realitas perkotaan sering kali membuat ruang hijau semakin sempit. Lahan yang seharusnya bisa dijadikan taman atau hutan kota justru berubah menjadi perumahan dan pusat bisnis. Padahal, setiap kota idealnya memiliki setidaknya 30% dari luas wilayahnya sebagai ruang terbuka hijau, seperti yang dianjurkan dalam peraturan lingkungan hidup nasional.
Kota-kota seperti Binjai, Medan, dan sekitarnya sedang berupaya menjaga keseimbangan ini. Melalui program penghijauan dan pelibatan masyarakat, pemerintah berusaha agar pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan kualitas lingkungan. Kamu bisa melihat berbagai kegiatan penghijauan dan penanaman pohon yang diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup di laman https://dlh.dprdbinjai.com. Situs ini juga menjadi wadah bagi warga untuk mengenal lebih dekat berbagai kegiatan lingkungan yang bisa diikuti secara langsung.
Tantangan sebenarnya adalah bagaimana membuat masyarakat menyadari bahwa ruang terbuka hijau bukan sekadar “hiasan kota.” Ia adalah investasi jangka panjang bagi kualitas hidup kita sendiri. Tanpa udara bersih dan suhu yang nyaman, segala kemajuan infrastruktur tak akan berarti banyak.
Ayo, Mulai dari Langkah Kecil
Menjaga dan memperbanyak ruang hijau tidak harus selalu dimulai dari proyek besar. Langkah kecil seperti menanam pohon di halaman rumah, membuat taman vertikal di dinding, atau ikut menanam di taman komunitas juga termasuk kontribusi nyata. Semakin banyak warga yang terlibat, semakin kuat pula efeknya bagi kota.
Kita juga bisa ikut menjaga kebersihan taman kota, tidak membuang sampah sembarangan, dan menghormati ruang publik agar tetap lestari. Kesadaran kecil seperti ini jika dilakukan bersama akan menghasilkan perubahan besar.
Karena pada dasarnya, setiap pohon yang tumbuh adalah napas kehidupan bagi kota. Dan setiap taman yang terjaga adalah tempat beristirahatnya jiwa yang lelah.
Jadi, sebelum kita menyesali hilangnya kesejukan dan udara bersih, mari mulai menciptakan “hijau” di sekitar kita — sekecil apa pun bentuknya. Karena bumi yang kita rawat hari ini, adalah tempat hidup yang layak untuk generasi setelah kita.

